Rabu, 16 Juni 2021

SOSIOLOGI KOMUNIKASI : Konsep, Pendekatan & Teori Perubahan Sosial (Social Change)

 Konsep dan Pengertian Perubahan Sosial

    Pengertian konsep perubahan sosial seperti dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya William F. Ogburn, Selo Soemardjan, dan lain-lain. 

    Dari berbagai pengertian tentang konsep perubahan sosial yang disebutkan oleh para ahli, selanjutnya diuraikan makna yang terkandung dalam hakikat perubahan sosial. 

    Perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan yang dialami oleh setiap masyarakat di manapun dan kapan pun. Setiap masyarakat manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya, yang terjadi di tengah-tengah pergaulan (interaksi) antara sesama individu warga masyarakat, demikian pula antara masyarakat dengan lingkungan hidupnya.

    Sebagai contoh, perhatikan perkembangan kehidupan masyarakat tani di sekitar kita. Dari segi mata pencaharian, dahulu masyarakat kita sangat didominasi oleh kegiatan pertanian,dan pada umumnya bertempat tinggal di daerah pedesaan. Para petani mengolah lahan pertaniannya berupa sawah atau kebun dengan alat-alat yang masih sederhana seperti cangkul, atau bajak yang ditarik oleh hewan untuk mengolah dan menggemburkan tanah mereka, sehingga waktu yang diperlukan untuk kegiatan pertaniannya lebih lama. Alat-alat pertanian modern seperti mesin traktor, alat penyemprot hama dan sebagainya belum dikenal, demikian pula dengan bibit unggul dan pupuk. Karena alat-alat maupun prosesnya masih sederhana maka tentu saja hasil produksi yang diperoleh sangat terbatas. Biasanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup keluarga pada petani itu sendiri, seperti untuk makan minum sehari-hari, keperluan acara-acara selamatan keluarga, maupun untuk perbaikan rumah tempat tinggalnya. Inilah yang disebut dengan sistem ekonomi subsistem, artinya kegiatan ekonomi tradisional yang dilakukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga sehari hari.

    Ada masyarakat yang relatif amat lambat mengalami perubahan sosial, misalnya sampai berpuluh-puluh tahun baru terjadi perubahan, sehingga sepintas lalu dari luar tidak terlihat jelas adanya perubahan sosial. Namun ada pula masyarakat yang relatif cepat atau amat cepat mengalami perubahan sosial, sehingga dirasakan masyarakat yang sangat dinamis. Lambat atau cepat perubahan sosial itu terjadi pada suatu masyarakat tertentu, akan tergantung sejauh mana unsur-unsur yang ada dalam lingkungan masyarakat terbuka terhadap perubahan. Unsur-unsur yang dimaksud di sini terutama menyangkut cara berpikir, cara bersikap, dan cara bertindak (kebudayaan) dari warga masyarakat itu sendiri. Hal tersebut secara umum dipengaruhi oleh persentuhan dengan masyarakat lainnya yang memungkinkan terjadinya pertemuan antar kebudayaan (akulturasi), di mana terjadi pula perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosial tersebut.

    Konsep perubahan sosial sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari perubahan kebudayaan. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang diikat oleh suatu kebudayaan, sedangkan kebudayaan adalah kesatuan dari cara merasa, berpikir, dan bertindak (pola cita, pola rasa, dan pola karsa) dari warga masyarakat yang bersangkutan. Pola cita, pola rasa dan pola karsa dari warga masyarakat yang dikenal dengan konsep kebudayaan tersebut, sifatnya berkembang sejalan dengan perkembangan faktor-faktor di sekelilingnya. Dengan demikian terjadilah perubahan kebudayaan secara terus menerus. Perubahan dalam kebudayaan ini wujudnya adalah perubahan dalam berbagai aspek-aspek kehidupan masyarakat yang dapat diamati seperti disebutkan tadi, yaitu dalam aspek kehidupan material, norma, dan kaidah-kaidah bermasyarakat, serta sistem nilai. Inilah yang tercakup dalam konsep perubahan sosial.  

Beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tentang Perubahan Sosial :

1. William F. Ogburn 

    Meskipun William F. Ogburn tidak memberikan formulasi definisi tentang perubahan sosial, namun Ogburn memberikan gambaran konseptual yang cukup jelas mengenai apa yang di maksud dengan perubahan sosial.  Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik yang bersifat material maupun immaterial, dengan menekankan pada adanya pengaruh yang lebih besar pada unsur kebudayaan material dari pada unsur yang immaterial. 

2. Kingsley Davis 

    Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, mencakup organisasi-organisasi buruh dalam masyarakat kapitalis modern, menyebabkan perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan. yang selanjutnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik. 

3. Gillin dan Gillin 

    Mengatakan bahwa perubahan sosial adalah suatu variasi dari cita-cita hidup, yang disebabkan oleh faktor perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut. 

Pendekatan Teori-teori Klasik terhadap Perubahan Sosial

    Dalam kelompok teori-teori perubahan sosial klasik telah dibahas empat pandangan dari tokoh-tokoh terkenal yakni August Comte, Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber. 

    August Comte menyatakan bahwa perubahan sosial berlangsung secara evolusi melalui suatu tahapan-tahapan perubahan dalam alam pemikiran manusia, yang oleh Comte disebut dengan Evolusi Intelektual. Tahapan-tahapan pemikiran tersebut mencakup tiga tahap, dimulai dari tahap Theologis Primitif; tahap Metafisik transisional, dan terakhir tahap positif rasional. setiap perubahan tahap pemikiran manusia tersebut mempengaruhi unsur kehidupan masyarakat lainnya, dan secara keseluruhan juga mendorong perubahan sosial.

    Karl Marx pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat, terutama sebagai akibat dari pertentangan yang terus terjadi antara kelompok pemilik modal atau alat-alat produksi dengan kelompok pekerja.  

    Di lain pihak Emile Durkheim melihat perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik.

    Sementara itu, Max Weber pada dasarnya melihat perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini dicontohkan masyarakat Eropa yang sekian lama terbelenggu oleh nilai Katolikisme Ortodox, kemudian berkembang pesat kehidupan sosial ekonominya atas dorongan dari nilai Protestanisme yang dirasakan lebih rasional dan lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan modern.

Pendekatan Teori-teori Modern terhadap Perubahan Sosial

    Pendekatan ekuilibrium menyatakan bahwa terjadinya perubahan sosial dalam suatu masyarakat adalah karena terganggunya keseimbangan di antara unsur-unsur dalam sistem sosial di kalangan masyarakat yang bersangkutan, baik karena adanya dorongan dari faktor lingkungan (ekstern) sehingga memerlukan penyesuaian (adaptasi) dalam sistem sosial, seperti yang dijelaskan oleh Talcott Parsons, maupun karena terjadinya ketidakseimbangan internal seperti yang dijelaskan dengan Teori kesenjangan Budaya (cultural lag) oleh William Ogburn.

    Pendekatan modernisasi yang dipelopori oleh Wilbert More, Marion Levy, dan Neil Smelser, pada dasarnya merupakan pengembangan dari pikiran-pikiran Talcott Parsons, dengan menitikberatkan pandangannya pada kemajuan teknologi yang mendorong modernisasi dan industrialisasi dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Hal ini mendorong terjadinya perubahan-perubahan yang besar dan nyata dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat termasuk perubahan dalam organisasi atau kelembagaan masyarakat.

    Adapun pendekatan konflik yang dipelopori oleh R. Dahrendorf dan kawan-kawan, pada dasarnya berpendapat bahwa sumber perubahan sosial adalah adanya konflik yang intensif di antara berbagai kelompok masyarakat dengan kepentingan berbeda-beda (Interest groups). Mereka masing-masing memperjuangkan kepentingan dalam suatu wadah masyarakat yang sama sehingga terjadilah konflik, terutama antara kelompok yang berkepentingan untuk mempertahankan kondisi yang sedang berjalan (statusquo), dengan kelompok yang berkepentingan untuk mengadakan perubahan kondisi masyarakat. 

Rabu, 02 Juni 2021

SOSIOLOGI KOMUNIKASI : SISTEM KOMUNIKASI DESA & KOTA

 

SISTEM KOMUNIKASI DESA DAN KOTA

 

Pengertian Sistem Komunikasi

     Sistem komunikasi dapat didefinisikan sebagai: “Sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, dan lambang, menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi”.

Sistem Komunikasi Masyarakat Perkotaan
    
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi kontak sosial dewasa ini tidak hanya diartikan dengan hubungan fisik. Teknologi komunikasi dan informasi telah dapat mengubah bentuk kontak tidak hanya badaniah, tidak hanya diartikan sebagai pertemuan dua orang yang kemudian berkomunikasi akan tetapi lebih luas menyangkut peran teknologi. Akibatnya terjadi beberapa perubahan dalam masyarakat. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai norma, nilai, pola-pola perilaku masyarakat, organisasi, susunan dan stratifikasi kemasyarakatan sebagai akibat dari dinamika masyarakat yang ditimbulkan dari kemajuan teknologi dan informasi. Hal tersebut sangat terlihat pada sistem komunikasi pada masyarakat perkotaan.
    Penduduk kota sangat bervariasi atau heterogen baik dari segi etnis, lapangan pekerjaan, tingkat pendidikan, serta latar belakang agama maupun kebudayaan yg dianutnya. Hubungan sosialnya sangat kompleks, misal dari segi pekerjaan, warga kota sangat beraneka, mereka dapat berhubungan dengan banyak sekali orang disekitarnya dalam berbagai jenis pekerjaan yang dilakukan. Contoh, warga kota yang bekerja sebagai pramuniaga di sebuah toko swalayan, ia akan berhubungan dengan berbagai jenis tipe manusia yang berbeda pekerjaan dan bahasa mereka, kesibukan masing-masing warga kota dalam tempo waktu yang cukup tinggi dapat mengurangi perhatian mereka kepada sesamanya, termasuk anggota keluarganya sendiri. Sehingga hal itu dapat memicu sifat acuh atau berkurangnya rasa solidaritas sosial kelompok. Kepadatan penduduk kota yang begitu tinggi mengakibatkan warga kota dekat secara fisik tapi jauh dari segi sosial-psikologis, seolah-olah terjadi jarak sosial yang cukup dalam. Terjadi perbedaan yang seringkali sangat jauh tentang penilaian sosial karena adanya perbedaan status, kepentingan dan situasi serta kondisi kehidupan kota yang mungkin berbeda satu sama lain.

    Akibat dari beberapa faktor diatas, masyarakat perkotaan cenderung memiliki sistem komunikasi yang tertutup dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Mereka lebih memilih untuk menggunakan gadget untuk berkomunikasi dengan orang lain ketimbang bertemu langsung, meskipun jaraknya cukup dekat. Rasa individualisme yang tinggi menyebabkan komunikasi yang terjalin tidak seerat seperti masyarakat pedesaan. Di pedesaan, meskipun jarak antar rumah masih terbilang sangat jauh, namun setiap orang dapat mengenal dan berkomunikasi dengan baik. Berbeda dengan masyarakat perkotaan, meskipun memiliki jarak yang cukup berdekatan antar rumah satu dengan yang lainnya karena kepadatan penduduknya, namun mereka tidak terlalu mengenal atau jarang berkomunikasi atau bahkan tidak saling kenal dengan tetangga yang berdekatan dengan rumah.
     
Adanya teknologi yang berkembang pesat juga menyebabkan sikap acuh tak acuh timbul pada masyarakat perkotaan, kepedulian terhadap sesama bukanlah suatu hal yang dikatakan penting seperti yang terjadi pada masyarakat pedesaan. Masyarakat perkotaan lebih memilih untuk memperhatikan kebutuhannya dibandingkan kebutuhan orang lain yang ada disekitarnya. Keberadaan alat teknologi atau gadget menjadi sesuatu yang diagungkan di masyarakat perkotaan. Semuanya dilakukan dengan menggunakan teknologi untuk mempermudah dalam menjalani aktivitas.
Karakteristik sistem komunikasi masyarakat kota

  1. Kehidupan keagamaan berkurang dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Ini dikarenakan masyarakat kota lebih disibukkan dengan urusan duniawi.
  2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain ( individualisme ).
  3. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan memunyai batas-batas nyata.
  4. Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
  5. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan menyebabkan interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
  6. Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
  7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

    Dalam masyarakat perkotaan, misalnya kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan lain sebagainya, sistem nilai yang cenderung dianut adalah adanya sikap individualistis- elu elu gue gue, urusan lu bukan urusan gue- dan semacamnya, yang mengantarkan masyarakat perkotaan pada keadaan yang ”sunyi”. Tidak butuh orang lain. Cenderung sendiri. Yang disebut keteraturan hidup adalah bila telah memiliki rumah sebagai tempat tinggal untuk diri dan keluarga, rutinitas kerja setiap hari, liburan di penghujung minggu, menerima uang pensiun di hari tua dan tidak mengganggu kehidupan orang lain. Keselarasan hidup adalah bila dirinya dan keluarga telah memiliki “tempat” di muka bumi ini. Lalu, bagaimana dengan kehidupan sosial? Masyarakat yang menghuni kota-kota besar tersebut adalah masyarakat yang multi kultural dengan kepentingan yang money oriented, sehingga kehidupan sosial akan dijalankan sepanjang memiliki kontribusi berupa reward untuk kelangsungan hidupnya. Individualis yang demikian kental di kalangan masyarakat perkotaan mendorong mereka untuk acuh kepada sesamanya.

Sistem Komunikasi Masyarakat Desa
Desa adalah sebuah karakteristik yang mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri khas khusus yang berhubungan dengan komunikasi adalah komunikasi lebih banyak dilakukan dengan komunikasi antarpersonal. Ini diakibatkan, masyarakat desa belum percaya sepenuhnya terhadap media massa atau juga sejalan dengan tingkat pendidikannya. Oleh karena itu, informasi dari orang lain yang bisa dipercaya lebih menemukan hasil, misalnya melalui pemimpin opini.
Di desa, komunikasi antarpersonal biasa disebut dengan gethok tular. Artinya, komunikasi dilakukan dengan lisan tentang suatu pesan dari suatu orang ke orang lain. Misalnya, jika di desa akan dilaksanakan kerja bakti atau gotong royong maka informasi itu akan cepat tersebar luas melalui satu orang ke orang lain, begitu seterusnya. Tak terkecuali ketika berbicara tentang hal baru yang belum diketahui masyarakat desa, misalnya usaha memasyarakatkan Keluarga Berencana (KB) dengan kondom pada tahun 1972.

PERBEDAAN SISTEM KOMUNIKASI KOTA DAN DESA

1. Pendidikan
Masyarakat kota lebih mementingkan pendidikan anak-anaknya dari pada masyarakat desa. Mereka menyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka. Minimal pendidikan masyarakat kota adalah SMA.
2. Teknologi
perkembangan teknologi informasi lebih cepat dibanding masyarakat desa. dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menggunakan teknologi, oleh sebab itu mereka lebih cepat berkembang dari pada masyarakat desa.
3. Pekerjaan
masyarakat kota lebih cepat dan mudah dalam memperoleh pekerjaan dibanding masyarakat desa.
4. Keagamaan
masyarakat kota lebih rendah tingkat keagamaannya dibanding masyarakat desa, karena mereka lebih mementingkan keduniaan.
5. Sosialisasi
masyarakat kota lebih individulis dan tidak membutuhkan bantuan orang lain, sedangkan masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari selalu membutuhkan orang lain.
6. Kemajuan
Masyarakat kota lebih mudah untuk berkembang dari pada masyarakat desa, sebab mereka membuka diri untuk menerima masukan dari manapun. 

 

Pendidikan Vokasi di LKP Amaliya bekerjasama dengan Kemendikbud RI Tahun 2021

(Foto bersama Kasi Dikmas dan Kabid Dikmas Dinas Pendidikan Kabupaten Blora. || Oleh : Dea Irma Nurlina ) (Foto bersama Penutupan. || ...